Bismillah

Bismi Allah Arrahman Arrahim

Disini kutuangkan segenap ketukan keyboardku. Semoga melaluinya, semakin tertebarlah keagungan Islam-ku

Wednesday, July 21, 2010

Qisosul Anbiya: Nabi Musa AS Part 2

Musa kecil tumbuh menjadi pemuda dewasa di lingkungan istana Firaun. Segala fasilitas sebagai putra raja diterimanya. Termasuk pendidikan terbaik dari para ahli dan ilmuan di zamannya.
Meskipun hidup dalam segala kecukupan, Musa tidak pernah menutup mata atas kekejaman ayah angkatnya. Dia melihat sendiri bagaimana kejamnya Firaun terhadap bangsa Israel dan bagaimana Firaun mengakui dirinya sebagai Tuhan penguasa. Namun tidak sedikitpun Musa pernah mengakui semua perbuatan Firaun dan memiliki pendapatnya sendiri.
Suatu ketika, Musa berjalan-jalan ke tengah kota sekedar melihat-lihat dan mengamati masyarakatnya. Tiba-tiba terlihatlah olehnya dua orang laki-laki yang sedang bertengkar. Laki yang satu adalah bangsa Firaun sedangkan yang satu lagi dari bangsa Israel. Laki-laki dari bangsa Firaun tersebut sedang menganiaya laki-laki dari bangsa Israel. Melihat itu, Musa pun turun tangan berusaha mencegah pertengkaran tersebut. Namun, tanpa sengaja dalam proses tersebut, laki-laki bangsa Firaun itu terbunuh karena tangan Musa.
Melihat itu, terkejutlah Musa. karena dia tidak sengaja melakukannya. Meskipun begitu, dia tetap memohon ampun kepada Allah dan Allahpun mengampuninya.
Meskipun begitu, sebagai manusia biasa, timbullah kekhawatiran dan ketakutan dalam hati Musa akibat perbuatannya. Di setiap langkahnya dia khawatir akan kejahatan yang mungkin membayanginya. Padahal pembunuhan tersebut terjadi tanpa kesengajaan dia.
Suatu hari, ketika beliau lagi jalan-jalan. Beliau kembali pertengkaran antara orang Israel yang dibantunya tempo hari dengan orang lain dari kaum Firaun. Orang Israel itu memanggil-manggil Musa untuk meminta bantuan dan dari itulah Musa tahu bahwa orang Israel itu adalah seorang yang jahat. Musapun meleraikan pertengkaran tersebut dan ketika dia mendorong orang Israel tersebut, orang itu berkata karena ketakutan: "Wahai Musa apakah engkau akan membunuhku sebagaimana engkau membunuh orang yang kemarin. Apakah engkau ingin menjadi seorang penguasa di muka bumi dan tidak ingin menjadi orang yang memperbaiki bumi."
Seketika redalah kemarahan Musa dan sadarlah dia akan niatnya untuk tidak mengulang kembali peristiwa yang telah lalu.
Namun, sayangnya karena hal itulah. Orang Firaun pun tahu bahwa pembunuh dari salah satu kawan mereka tempo hari adalah Musa.
Tersebarlah berita itu hingga ke telinga para pengaman Firaun.
Dalam situasi yang kacau itu, seorang yang perduli kepada Musa membisikkan tentang rencana kaum Firaun untuk menangkap dan menghukumnya.
Mendengar itu, Musapun semakin ketakutan dan segera keluar dari tanah kelahirannya.
berhari-hari lamanya Musa berjalan kaki tanpa tahu arah dengan menahan lapar dan dahaga.
Hingga suatu saat tibalah dia di sebuah kota. Musapun beristirahat di dekat sebuah sumur.
Begitu banyak orang berebutan mengambil air untuk ternak mereka dari sumur tersebut.
Setelah sekian lama, mata Musa tertarik pada dua orang wanita yang sedang duduk sambil menunggu ternak mereka. Dia merasa penasaran karena kedua wanita tersebut sejak lama hanya duduk saja dan tidak berebutan air sebagaimana lainnya.
Diapun mendatangi mereka dan bertanya:
"Karena apakah anda duduk disini?"
Merekapun menjawab:"Kami menunggu selesainya para pengembala mengambilkan air buat ternak mereka".
Musapun bertanya:"Kenapa anda tidak mengambilnya sekarang?"
Mereka menjawab:"Kami tidak sanggup berdesak-desakan bersama mereka".
Musapun keheranan, melihat mereka menggembala kambing. Karena biasanya ini adalah pekerjaan laki-laki. Diapun bertanya:"Kenapa anda mengembala kambing?"
Mereka menjawab:"Sesungguhnya ayah kami adalah orang yang sudah tua dan tidak sanggup lagi menggembala kambing. Oleh karena itulah kami yang menggantikan beliau"
Musapun merasa iba dan menawarkan bantuan untuk mengambilkan air buat kambing-kambing tersebut. terlupalah semua rasa haus dan lapar yang tadi menyertai, karena perasaan belas kasihan Musa.
Dengan kekuatan dan keperkasaan fisiknya, Musa dengan mudah bisa mengambilkan air buat kambing-kambing kedua wanita tersebut dan dalam waktu singkat selesailah pekerjaannya. Semua kambing telah puas minum plus kedua wanita itu juga.
Merekapun segera pulang ke rumah dan Musa kembali terduduk dibawah pohon, merenung hendak kemana lagi dia dan dimanakah dia harus berteduh dan makan.
Tanpa sepengetahuan dia, kedua wanita tersebut telah sampai rumah. Ayah mereka yang ternyata adalah Nabi Syuaib AS bertanya keheranan karena cepatnya mereka sampai di rumah hari itu. Merekapun menjawab, bahwa mereka telah mendapatkan bantuan dari orang laki-laki yang kuat dan jujur. Mereka juga bercerita bahwa laki-laki tersebut tampaknya berasal dari daerah yang jauh dan sedang dalam kondisi kelaparan.
Ayah merekapun berkata,"Panggillah orang itu kemari. Katakan kepadanya sesungguhnya ayah kami memanggil anda untuk memberikan upah yang layak atas jasa anda".
Wanita tersebut dengan malu-malu mendatangi Musa dan menyampaikan amanah ayah mereka.
Berdua merekapun kembali ke rumah si wanita.
Setelah menghidangkan makanan dan sebagainya, Nabi Syuaibpun bertanya dari mana asalnya Musa dan kemanakah rencananya.
Musapun menceritakan semua hal yang terjadi kepadanya. Mendengar itu, Nabi Syuaib mengatakan bahwa Musa tidak perlu khawatir, karena dia telah jauh dari kaum yang aniaya tersebut.
Salah seorang anak Nabi Syuaibpun berbisik kepada ayahnya untuk memberikan upah kepada Musa dan mempekerjakan dia karena kekuatan dan kejujurannya.

Berkatalah dia (Syu'aib): 'Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikkan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.' Dia (Musa) berkata: 'Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang aku ucapkan.'" (QS. al-Qashash: 25-28)

Masa 10 tahun menggembala, adalah masa yang penting dalam proses persiapan Musa menjadi seorang Nabi. Mertuanya adalah seorang Nabi dan dari dialah semakin kokoh keimanannya dan kesiapan hatinya untuk menjadi salah seorang Rasul utama utusan Allah yang juga bergelar Ulul Azmi.